DIMAS RIZKI FAJAR 224110115, FERRY ARIADI 224110201
Kecelakaan Pesawat di Indonesia, Terparah Selama 2 Dekade
Indonesia, negara sejuta pulau membentang dari ujung ke ujung sepanjang khatulistiwa. Kondisi geografis kepulauan memang membutuhkan transportasi sebagai penghubung, salah satu yang sekarang menjadi pilihan adalah pesawat terbang. Semenjak kurang lebih tahun 2000 yang namanya naik pesawat menjadi lebih mudah dengan hadirnya maskapai yang memakai konsep Low cost carrier. Gayung bersambut, animo masyarkat sangat tinggi dengan alternatif penerbangan ini. Seiring semakin berlombanya maskapai dalam hal pelayanan seiring pula kecelakaan pesawat yang terjadi di kawasan Indonesia ini. Ujungnya kurang lebih tahun 2006 ampe 2009 maskapai Indonesia di larang terbang ke Eropa oleh otoritas EASA. Berikut list beberapa kecelakaan yang terjadi di Indonesia yang menyebabkan korban meninggal lebih dari 10 orang alias kecelakaan kategori 1, Fatal Tragedy lah kayak judul lagu aja, monggo disimak :
Pada tahun 2008 dan 2009 belum terdapat kecelakaan yang berakibat fatal, namun tetap ada kecelakaan minor yang terjadi beberapa kali.
2007
07 Maret 2007, Pesawat dengan registrasi PK-GZC milik maskapai pemerintah Indonesia terbakar di Bandara International Adi Sutjipto ketika akan landing. Kejadian ini pastinya sangat memukul bagi pemerintahan Indonesia dan GA waktu itu. Pesawat Boeing 737-400 tersebut terbakar ketika landing dan mengakibatkan 21 orang kehilangan nyawanya. Saksi mata mengatakan api dipicu dari meledaknya ban depan saat mendarat sehingga menjalar ke badan pesawat. Dilaporkan pula bahwa badan pesawat terbelah memanjang dari bagian kabin hingga ekor pesawat, sementara salah satu sayap pesawat pecah dan terbelah
01 Januari 2007, Pesawat milik maskapai Adam Air hilang di atar perairan makasar, Pesawat Boeing 737-400 dengan registrasi PK-KKW ini jatuh ke dalam perairan dalam Majene, ketika terbang dari Surabaya menuju Manado. Seluruh penumpang dan kru dinyatakan meninggal, total semuanya yang meninggal adalah 108 orang. Penyebab kecelakaan seperti yang diumumkan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS), dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.
2005
05 September 2005, Pesawat boeing 737-200 dengan registrasi PK-RIM milik maskapai Indonesia Mandala Jatuh di bandara Polonia Medan, setelah gagal take off. Korban Berdasarkan beberapa sumber 100 orang ditambah 44 orang penduduk setempat. Kecelakaan terjadi pada sekitar pukul 09.40 WIB saat pesawat sedang lepas landas. Pesawat tersebut lepas landas dalam posisi yang tidak sempurna dan lalu menabrak tiang listrik sebelum jatuh ke jalan dan menimpa rumah warga yang terletak hanya sekitar 100 meter dari bandara.
2004
30 November 2004, pesawat MD-82 milik Lion Air dengan kode penerbangan JT 538 tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Adisumarmo di Solo dan menewaskan 26 orang. Pesawat tersebut lepas landas dari Jakarta dengan tujuan Surabaya (transit di Solo) pada pukul 17.00 WIB sambil membawa 146 penumpang. Menurut penuturan salah seorang penumpang, cuaca pada saat keberangkatan sudah buruk karena adanya hujan besar disertai petir. Saat pendaratan pada sekitar pukul 18.15 WIB, menurutnya, pesawat terasa seperti tidak dapat dihentikan dan akhirnya masuk ke sawah di bandara sebelum akhirnya berhenti di dekat kuburan.
Berdasarkan hasil investigasi penyebab kecelakaan adalah karena landasan pacu yang tergenang air atau peristiwa yang dikenal sebagai hydroplanning sehingga pesawat tergelincir dan tidak dapat dikendalikan.
1997
19 Desember 1997, SilkAir Penerbangan 185 adalah layanan penerbangan komersial rutin maskapai penerbangan SilkAir dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia ke Bandara Changi, Singapura. Pada tanggal 19 Desember 1997, sekitar pukul 16:13 WIB, pesawat Boeing 737-300 yang melayani rute ini mengalami kecelakaan jatuh di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Seluruh 104 orang yang ada di dalamnya (97 penumpang dan 7 awak kabin) tewas, termasuk pilot Tsu Way Ming dan kopilot Duncan Ward. Penyebab masih dalam perdebatan.
26 September 1997, Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 yang jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia saat hendak mendarat di Bandara Polonia Medan pada 26 September 1997. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 222 orang dan 12 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Indonesia. Saat terjadinya peristiwa tersebut, kota Medan sedang diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan. Ketebalan asap menyebabkan jangkauan pandang pilot sangat terbatas dan cuma mengandalkan tuntunan dari menara kontrol Polonia, namun kesalahmengertian komunikasi antara menara kontrol dengan pilot menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing gunung.
17 Juli 1997, Pesawat Fokker F-27 Friendship 600 dengan registrasi PK-YPM milik Trigana Air Service, opf. Sempati Air mengalami kecelakaan di Bandung dengan korban Jiwa sebanyak 28 orang.
1993
01 Juli 1993, Pesawat Fokker F-28 Fellowship 3000 dengan registrasi PK-GFU milik Merpati Nusantara mengalami kecelakaan dengan jumlah korban 41 orang. Pesawat ini mengalami kecelakaan di Sorong.
Selanjutnya tahun-tahun sebelumnya ada beberapa kecelakaan yang memang belum begitu terdeteksi faktor penyebabnya dengan jelas. Untuk lebih jelas berkaitan dengan kecelakaan pesawt terbang dapat dilihat disini. Melihat beberapa kecelakaan di atas, sebenarnya kecelakaan pesawat lebih banyak karena faktor Human error dan eksternal seperti cuaca. Mengapa? Mengingat pesawat dibuat dengan sistem yang fail safe design alias backup sistemnya banyak sehingga kemungkinan gagal sistem 1 bisa diganti sistem 2, sistem 2 ganti bisa diganti sistem standby. Oleh karena itu sampeyan semua jangan takut naik pesawat, meningingat faktor kecelakaan pesawat banyak karena human faktor dan faktor eksternal yang sebenarnya sudah bukan area kita, masak kita bisa milih cuaca gak khan… hehhe Berikut ada beberapa foto kecelakaan pesawat di atas,
PK-LMN
*Setiap terjadi musibah kecelakaan penerbangan memang perlu dilakukan
pencegahannya. Biasanya tim investigasi atau penyidik kecelakaan pesawat
terbang akan meneliti sebab-sebab kecelakaan dari aspek keamanan dan
keselamatan terbang yang meliputi berbagai faktor, dengan tujuan agar
kecelakaan serupa dapat dicegah di kemudian hari. Memang dibutuhkan waktu yang
cukup lama untuk mempelajari dan mengungkap penyebab sebuah kecelakaan yang
meliputi berbagai data yang terkait dengan operasi penerbangan saat itu,
termasuk rekaman pembicaraan antara sang pilot dengan petugas pengatur lalu
lintas udara (air traffic control) di tower bandar udara di menit-menit
terakhir sebelum kecelakaan terjadi.
Faktor Penyebab Kecelakaan Penerbangan
MENINGKATNYA frekuensi kejadian kecelakaan penerbangan di Indonesia akhir-akhir
ini tidak boleh dianggap sepele. Selain menimbulkan kerugian material bernilai
milyaran rupiah serta penderitaan dan kesedihan sanak keluarga korban,
kecelakaan-kecelakaan itu akan berdampak serius bagi perusahaan penerbangan
khususnya dan dunia pariwisata di Indonesia pada umumnya. Karena salah satu
dampaknya adalah hilangnya kepercayaan pengguna jasa penerbangan di Tanah Air
kita, baik penumpang domestik maupun para turis mancanegara.
Belum ada satu tahun kecelakaan yang menimpa maskapai penerbangan Lion Air yang
memakan korban jiwa cukup banyak di Bandara Adisumarno Solo, kini perasaan kita
kembali dihentakkan oleh berita memilukan dengan adanya kejadian tragis dan
mengerikan yaitu kecelakaan jatuhnya pesawat Mandala RI-091 akibat gagal lepas
landas di Bandara Polonia Medan, Senin (5/9). Kecelakaan yang memakan korban
jiwa cukup besar tersebut telah menambah satu lagi lembaran kelabu dunia
penerbangan sipil kita.
Keselamatan Penerbangan
Dalam dunia penerbangan, terdapat tiga hal yang saling berkaitan, yaitu
keamanan, keselamatan dan musibah penerbangan. Menurunnya tingkat keamanan dan
keselamatan ini dapat mengakibatkan terjadinya bencana penerbangan, sehingga
keamanan dan keselamatan penerbangan saling terkait dan sulit untuk dipisahkan.
Dipakainya istilah musibah, karena kecelakaan yang terjadi sudah tentu
merupakan kejadian tragis di mana tidak ada yang menghendaki sebelumnya.
Sementara berbagai usaha dan langkah pencegahan yang mengarah kepada terjadinya
kecelakaan sudah dilakukan semaksimal mungkin. Namun, tetap saja sebuah
kecelakaan penerbangan terjadi dan jatuh korban jiwa manusia maupun kerugian
material.
Setiap terjadi musibah kecelakaan penerbangan memang perlu dilakukan
pencegahannya. Biasanya tim investigasi atau penyidik kecelakaan pesawat
terbang akan meneliti sebab-sebab kecelakaan dari aspek keamanan dan
keselamatan terbang yang meliputi berbagai faktor, dengan tujuan agar
kecelakaan serupa dapat dicegah di kemudian hari.
Memang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajari dan mengungkap
penyebab sebuah kecelakaan yang meliputi berbagai data yang terkait dengan
operasi penerbangan saat itu, termasuk rekaman pembicaraan antara sang pilot
dengan petugas pengatur lalu lintas udara (air traffic control) di tower bandar
udara di menit-menit terakhir sebelum kecelakaan terjadi.
Biasanya setelah terjadi kecelakaan pesawat terbang, media massa akan
memberitakan bahwa penyebab musibah penerbangan sedang diselidiki oleh pihak
yang berwenang. Namun pada akhirnya, ternyata masyarakat tidak pernah
memperoleh informasi final hasil akhir dari penyelidikan itu.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, masyarakat yang memerlukan informasi
detail mengenai sebab-sebab kecelakaan penerbangan dapat menanyakan langsung
hasil akhir investigasi penyebab kecelakaan penerbangan sipil kepada instansi
pemerintah yang menangani masalah administrasi penerbangan sipil atau Badan
Keselamatan Transportasi. Mengingat pentingnya lembaga semacam ini untuk
masyarakat pengguna jasa transportasi udara, semestinya lembaga semacam ini
juga dibentuk di Indonesia.
Faktor Penyebab
Berdasarkan data yang ada, dalam sejarah penerbangan Tanah Air, musibah
penerbangan sipil di Indonesia lebih banyak berhubungan dengan faktor penyebab
cuaca buruk seperti hujan deras, angin kencang dan kabut tebal. Faktor cuaca
ini lebih banyak menimpa pesawat terbang bermesin propeler daripada jet.
Kejadian kecelakaan penerbangan semacam ini lebih sering terjadi pada rute
perintis dengan medan pegunungan.
Sebaliknya, pesawat jet yang berbadan lebar yang dilengkapi peralatan canggih
dengan mesin dan sistem dalam pesawat terbang sangat mutakhir didukung oleh
sistem maintenance pesawat terbang yang baik, dengan bandara yang dituju atau
yang ditinggal serba lengkap fasilitasnya, terbang tinggi di atas 30.000 kaki
yang hampir terbebas dari cuaca buruk.
Penerbangnya pun sangat berpengalaman dan sudah lulus dari berbagai seleksi,
serta mental dan pikirannya hampir tidak dibebani oleh permasalahan yang
kompleks dari perusahaan, penjadwalan jam terbang yang teratur dan sesuai
dengan peraturan organisasi penerbangan sipil internasional.
Faktor penyebab kecelakaan penerbangan, menurut Dr. Raman R. Saman, seorang
dokter penerbang senior, yaitu: manusia yang terdiri atas pilot itu sendiri
atau personel lain, mesin pesawat termasuk bahan bakar pesawat, media yang
berupa cuaca di sepanjang rute penerbangan, metode yang berupa peraturan dan
kebijakan penerbangan, misi tujuan penerbangan, manajemen personal (termasuk
maintenance dalam operasi penerbangan) dan moneter dari perusahaan penerbangan.
Biasanya dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh tim investigasi kecelakaan
penerbangan hanya dibahas faktor penyebab pokok yang terdiri atas faktor
manusia, mesin dan media karena ketiganya ini merupakan penyebab utama,
sedangkan faktor-faktor yang lain hanyalah sekadar pendukung saja. Oleh sebab
itu, kita tidak boleh tergesa-gesa membuat keputusan bahwa pada setiap
kecelakaan pesawat penyebab kecelakaan adalah pilot sebagai penerbangnya.
0 komentar:
Posting Komentar